Proposal Skripsi Keperawatan Bab II
Sebelumnya saya telah memberikan Contoh Skripsi Keperawatan Gratis untuk Bagian pertama. Nah, kali ini saya akan memberikan pembahasan mengenai lanjutan artikel tersebut. Selamat membaca ...
2.1.1 Pengertian
Gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme tersebut dipengaruhi oleh faktor keturunan dan lingkungan. Secara umum faktor genetik (keturunan) dan lingkungan dapat dikatakan sebagai penentu dari perilaku manusia, keturunan merupakan konsepsi dasar untuk perkembangan perilaku mahluk hidup selanjutnya, sedang lingkungan merupakan kondisi atau lahan untuk perkembangan perilaku.
Menurut Skinner 1938 yang dikutip Soekidjo 1997 mengatakan bahwa perilaku adalah hasil hubungan antara rangsangan dan respon. Ia membedakan menjadi dua respon yaitu;
1) Responden response atau reflexive ialah respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu. Perangsangan semacam ini disebut eliciting stimulus karena menimbulkan respon yang relatif tetap. Responden response mencakup juga emosional response.
2) Operant response atau instrumental response adalah respon yang timbul dan berkembang diikuti oleh perangsangan tertentu . Perangsang semacam ini disebut reinforcing stimulti karena perangsangan–perangsangan tersebut memperkuat respon yang telah dilakukan.
Oleh karena perangsangan yang demikian itu mengikuti perilaku tertentu.
2.1.2 Bentuk perilaku masyarakat
Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar obyek tersebut. Respon ini berbentuk dua macam yaitu;
1) Bentuk pasif adalah respon internal, yaitu terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain misalnya berfikir, sikap batin, dan pengetahuan.
2) Bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung. Perilaku akan tampak dalam bentuk tindakan yang nyata atau overt behavior. (Notoatmodjo, 1993). Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sikap dan pengetahuan seseorang merupakan respon terhadap stimulus atau rangsangan yang masih bersifat terselubung sedangkan tindakan nyata seseorang sebagai respon terhadap stimulus merupakan overt behavior.
2.2 Konsep Dasar Pengetahuan, Sikap, dan Tingkat Pendidikan
2.2.1 Pengetahuan
Menurut Middlebrook, 1974 yang dikutip oleh Azwar, 1995 mengatakan bahwa tidak adanya pengetahuan atau pengalaman sama sekali mengenai suatu obyek akan cenderung membentuk sikap negatif terhadap obyek dan sebaliknya adanya pengalaman atau pengetahuan yang baik akan membentuk sikap yang positif dalam melakukan suatu aktifitas. Pengetahuan ini dalam memperoleh memerlukan usaha yang sungguh-sungguh melalui suatu proses pendidikan, atau yang lainnya.
Menurut Bloom yang dikutip oleh Notoatmodjo, 1996 menyebutkan bahwa individu atau masyarakat yang telah mencapai tingkat pengetahuan aplikasi akan mampu melaksanakan suatu prosedur dengan baik. Tingkat pengetahuan aplikasi merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajarinya pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
Dalam hal ini pengetahuan seseorang mempunyai tingkatan-tingkatan, sehingga semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka semakin baik pula dalam melaksanakan suatu prosedur yang dikerjakannya sebaliknya semakin rendah tingkat pengetahuan seseorang maka akan menyebabkan ketidakmampuan dalam melakukan suatu prosedur.
2.2.2 Sikap
Menurut Secord dan Backman 1964 yang dikutip Azwar 1995 mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan, pemikiran dan predisposisi tindakan seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya. Sikapnya belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku dan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek. Menurut Allport 1954 yang dikutip Soekidjo 1993 menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok yaitu :
1) Kepercayaan, ide, dan konsep terhadap suatu obyek
2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek
3) Kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh. Dalam penentuan sikap ini pengetahuan, berfikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan yang penting. Pembentukan sikap dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu pengalaman pribadi, kebudayaan orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan, lembaga agama, dan faktor emosi dalam diri individu. (Azwar, 1995).
2.2.3 Tingkat pendidikan.
Tingkat pengetahuan suatu masyarakat dapat dilihat dari tingkat pendidikan masyarakat tersebut, meskipun tingkat pendidikan bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan. Pendidikan masyarakat Indonesia dapat dikelompokkan berdasarkan tingkat pendidikan dengan melihat ijazah yang dimiliki, maka akan diperoleh lima kelompok yaitu kelompok masyarakat non pendidikan (tidak lulus SD), kelompok masyarakat lulus SD, kelompok masyarakat lulus SLTP, kelompok masyarakat lulus SLTA, kelompok masyarakat lulus perguruan tinggi. (Notoatmojo, 1993).
Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk bersikap dan berperan serta dalam pembangunan kesehatan. Masyarakat yang berpendidikan akademi kesehatan akan mempunyai pengetahuan lebih tentang kesehatan dibanding masyarakat yang berpendidikan ekonomi. (Notoatmojo, 1993).
Menurut Suwarno 1992 yang dikutip Nursalam 2001 pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. Jadi dapat dikatakan pendidikan itu menuntun manusia untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan. (Kuncoroningrat, 1999 ; Nursalam, 2001).
2.3 Konsep Kesehatan Lingkungan
Menurut A.L Slamet Riyadi 1976 yang dikutip oleh Azwar 19898 lingkungan adalah tempat pemukiman dengan segala sesuatunya, dimana organisme itu hidup beserta segala keadaan dan kondisinya yang secara langsung maupun tidak langsung dapat di duga ikut mempengaruhi tingkat kehidupan maupun kesehatan dari organisme itu. Menurut Perkin 1938, yang dikutip oleh Azwar 1989 menyatakan tentang sehat atau tidaknya seseorang amat tergantung dari adanya keseimbangan yang relatif dari suatu bentuk dan fungsi tubuh yang terjadi sebagai hasil dari kemampuan penyesuaian diri yang dinamis terhadap pelbagai tenaga atau kekuatan yang umumnya bersumber dari lingkungannya, sehingga timbul adanya penyakit yang menyebabkan sakit atau tidaknya seseorang tergantung ada tidaknya suatu proses yang dinamis dan merupakan hubungan yang saling timbal balik. Sebagaimana dikemukakan oleh Walter R. Lym mengemukakan bahwa kesehatan lingkungan mempunyai hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya. Pernyataan lain diajukan oleh Encyclopaedia of Science Tehnologi 1960 lingkungannya yang berakibat atau mempengaruhi derajat kesehatan dari manusia itu sendiri.
Teori ini menyebutkan bahwa lingkungan adalah sejumlah kondisi di luar dan mempengaruhi kehidupan dan perkembangan organisme. Semua kondisi lingkungan yang ada di sekitar individu atau masyarakat akan memberikan pengaruh pada masyarakat atau individu yang tinggal di daerah tersebut. Sedangkan pendapat lain dari Encyclopaedia Americana 1974 lingkungan memberi pengaruh pada sekeliling organisme. Seluruh kehidupan di bentuk dari reaksi organisme dengan lingkungannya. Hal ini akan menimbulkan suatu keadaan sakit atau terganggunya kesehatan individu yang disebabkan oleh suatu lingkungan yang buruk.
Berdasarkan peristiwa kejadiannya faktor lingkungan dibedakan menjadi dua macam, yaitu lingkungan alamiah dan lingkungan buatan. Lingkungan alamiah artinya segala sesuatu yang telah ada di alam sedangkan lingkungan buatan merupakan hasil karya, karsa, dan cipta dari mahluk hidup termasuk manusia. Pembagian lain dari lingkungan didasarkan dari wujud faktor lingkungan tersebut, yaitu lingkungan materi dan lingkungan non materi.
Lingkungan materi dapat berupa kehidupan seperti manusia, hewan, tumbuhan, dan dapat pula berupa benda mati misalnya batu, kayu, dan lainnya yang umumnya mempunyai sifat tidak tumbuh, tidak berkembang, dan tidak dapat menahan energi tanpa penghancuran. Sedangkan lingkungan non materi berupa adat-istiadat, kebudayaan, dan kepercayaan. (Azwar, 1989).
Dalam kehidupan sehari-hari lingkungan fisik manusia sifatnya tidak statis karena pengaruh dari perkembangan ilmu dan tehnologi modern. Lingkungan yang ada mempunyai hubungan dengan perkembangan fisik, keadaan kesehatan, dan kelangsungan hidup manusia.
2.3.1 Pengaruh lingkungan terhadap kesehatan
Pengaruh lingkungan kesehatan terhadap kesehatan manusia berdasarkan akibat yang timbul secara umum dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu;
1) akibat atau masalah yang ditimbulkan segera terjadi, artinya begitu faktor lingkungan yang tidak menguntungkan tersebut hadir atau tidak hadir dalam kehidupan, maka akan timbul suatu penyakit,
2) akibat atau masalah yang timbul terjadi secara lambat laun artinya terdapat tenggang waktu antara hadir atau tidak hadirnya faktor lingkungan yang tidak menguntungkan dengan munculnya penyakit. Pengaruh yang berlangsung secara terus menerus serta terdapat sifat akumulatif di dalamnya.
2.3.2 Lingkungan perumahan
Masyarakat yang bertempat tinggal di daerah lingkungan biologis yang banyak hewannya akan mempengaruhi bentuk rumah, sehingga rumahnya lebih terlindung. Demikian pula dengan lingkungan sosial, seperti adat-istiadat, dan kepercayaan akan banyak memberi pengaruh pada bentuk rumah yang didirikan. Masyarakat yang memiliki keluarga besar akan mempunyai rumah yang lebih besar dengan maksud agar sebanyak mungkin anggota keluarganya dapat tinggal bersama.
Masyarakat yang percaya pada tahayul bahwa penyakit datang melalui angin, akan mempunyai rumah yang secara relatif tidak cukup ventilasi dan sistem pencahayaan. Perumahan harus di bangun sedemikian rupa sehingga dapat terpenuhi syarat-syarat perumahan yang dianggap pokok untuk terjaminnya kesehatan.
Syarat-syarat tersebut ialah;
1) Terpenuhinya kebutuhan fisik dasar dari penghuninya. Kebutuhan fisik dasar manusia tidak berbeda antara satu masyarakat atau bangsa dengan masyarakat atau bangsa lainnya. Hal yang harus diperhatikan adalah terpeliharanya atau dipertahankan suhu lingkungan, terjaminnya penerangan, terpeliharanya udara segar dengan ventilasi yang sempurna, dan terlindunginya dari kebisingan.
2) Terpenuhinya kebutuhan kejiwaan dasar dari penghuninya. Hal ini tergantung dari pola hidup yang dimiliki penghuninya, maka apa yang disebut kebutuhan kejiwaan dasar ini amat relatif sekali.
3) Melindungi penghuninya dari kemungkinan penularan penyakit atau berhubungan dengan zat-zat yang membahayakan kesehatan. Dari segi ini, maka rumah yang sehat adalah rumah yang di dalamnya tersedia air bersih yang cukup, ada tempat pembuangan sampah dan tinja yang baik, terhindar dari penularan penyakit pernafasan, terlindung dari kemungkinan pengotoran terhadap makanan, tidak menjadi tempat bersarang binatang melata atau penyebab penyakit lainnya.
4) Melindungi penghuninya dari kemungkinan terjadinya bahaya atau kecelakaan. Termasuk di dalamnya bangunan yang kokoh, terhindar dari bahaya kebakaran, alat-alat listrik yang terlindung, tidak menyebabkan keracunan gas bagi penghuninya, dan terlindung dari kecelakaan lalu-lintas. Dari keempat syarat yang dikemukakan ini, dapat dipahami bahwa rumah yang sehat bukanlah berarti rumah yang mahal. Rumah yang dibangun dari bangunan yang sederhana jika ke semua syarat diatas terpenuhi, dapat dikatakan suatu rumah yang sehat. (Azwar, 1989).
Semoga Contoh Proposal Keperawatan ini dapat bermanfaat ...
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Perilaku Masyarakat
Gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme tersebut dipengaruhi oleh faktor keturunan dan lingkungan. Secara umum faktor genetik (keturunan) dan lingkungan dapat dikatakan sebagai penentu dari perilaku manusia, keturunan merupakan konsepsi dasar untuk perkembangan perilaku mahluk hidup selanjutnya, sedang lingkungan merupakan kondisi atau lahan untuk perkembangan perilaku.
Menurut Skinner 1938 yang dikutip Soekidjo 1997 mengatakan bahwa perilaku adalah hasil hubungan antara rangsangan dan respon. Ia membedakan menjadi dua respon yaitu;
1) Responden response atau reflexive ialah respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu. Perangsangan semacam ini disebut eliciting stimulus karena menimbulkan respon yang relatif tetap. Responden response mencakup juga emosional response.
2) Operant response atau instrumental response adalah respon yang timbul dan berkembang diikuti oleh perangsangan tertentu . Perangsang semacam ini disebut reinforcing stimulti karena perangsangan–perangsangan tersebut memperkuat respon yang telah dilakukan.
Oleh karena perangsangan yang demikian itu mengikuti perilaku tertentu.
2.1.2 Bentuk perilaku masyarakat
Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar obyek tersebut. Respon ini berbentuk dua macam yaitu;
1) Bentuk pasif adalah respon internal, yaitu terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain misalnya berfikir, sikap batin, dan pengetahuan.
2) Bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung. Perilaku akan tampak dalam bentuk tindakan yang nyata atau overt behavior. (Notoatmodjo, 1993). Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sikap dan pengetahuan seseorang merupakan respon terhadap stimulus atau rangsangan yang masih bersifat terselubung sedangkan tindakan nyata seseorang sebagai respon terhadap stimulus merupakan overt behavior.
2.2 Konsep Dasar Pengetahuan, Sikap, dan Tingkat Pendidikan
2.2.1 Pengetahuan
Menurut Middlebrook, 1974 yang dikutip oleh Azwar, 1995 mengatakan bahwa tidak adanya pengetahuan atau pengalaman sama sekali mengenai suatu obyek akan cenderung membentuk sikap negatif terhadap obyek dan sebaliknya adanya pengalaman atau pengetahuan yang baik akan membentuk sikap yang positif dalam melakukan suatu aktifitas. Pengetahuan ini dalam memperoleh memerlukan usaha yang sungguh-sungguh melalui suatu proses pendidikan, atau yang lainnya.
Menurut Bloom yang dikutip oleh Notoatmodjo, 1996 menyebutkan bahwa individu atau masyarakat yang telah mencapai tingkat pengetahuan aplikasi akan mampu melaksanakan suatu prosedur dengan baik. Tingkat pengetahuan aplikasi merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajarinya pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
Dalam hal ini pengetahuan seseorang mempunyai tingkatan-tingkatan, sehingga semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka semakin baik pula dalam melaksanakan suatu prosedur yang dikerjakannya sebaliknya semakin rendah tingkat pengetahuan seseorang maka akan menyebabkan ketidakmampuan dalam melakukan suatu prosedur.
2.2.2 Sikap
Menurut Secord dan Backman 1964 yang dikutip Azwar 1995 mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan, pemikiran dan predisposisi tindakan seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya. Sikapnya belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku dan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek. Menurut Allport 1954 yang dikutip Soekidjo 1993 menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok yaitu :
1) Kepercayaan, ide, dan konsep terhadap suatu obyek
2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek
3) Kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh. Dalam penentuan sikap ini pengetahuan, berfikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan yang penting. Pembentukan sikap dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu pengalaman pribadi, kebudayaan orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan, lembaga agama, dan faktor emosi dalam diri individu. (Azwar, 1995).
2.2.3 Tingkat pendidikan.
Tingkat pengetahuan suatu masyarakat dapat dilihat dari tingkat pendidikan masyarakat tersebut, meskipun tingkat pendidikan bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan. Pendidikan masyarakat Indonesia dapat dikelompokkan berdasarkan tingkat pendidikan dengan melihat ijazah yang dimiliki, maka akan diperoleh lima kelompok yaitu kelompok masyarakat non pendidikan (tidak lulus SD), kelompok masyarakat lulus SD, kelompok masyarakat lulus SLTP, kelompok masyarakat lulus SLTA, kelompok masyarakat lulus perguruan tinggi. (Notoatmojo, 1993).
Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk bersikap dan berperan serta dalam pembangunan kesehatan. Masyarakat yang berpendidikan akademi kesehatan akan mempunyai pengetahuan lebih tentang kesehatan dibanding masyarakat yang berpendidikan ekonomi. (Notoatmojo, 1993).
Menurut Suwarno 1992 yang dikutip Nursalam 2001 pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. Jadi dapat dikatakan pendidikan itu menuntun manusia untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan. (Kuncoroningrat, 1999 ; Nursalam, 2001).
2.3 Konsep Kesehatan Lingkungan
Menurut A.L Slamet Riyadi 1976 yang dikutip oleh Azwar 19898 lingkungan adalah tempat pemukiman dengan segala sesuatunya, dimana organisme itu hidup beserta segala keadaan dan kondisinya yang secara langsung maupun tidak langsung dapat di duga ikut mempengaruhi tingkat kehidupan maupun kesehatan dari organisme itu. Menurut Perkin 1938, yang dikutip oleh Azwar 1989 menyatakan tentang sehat atau tidaknya seseorang amat tergantung dari adanya keseimbangan yang relatif dari suatu bentuk dan fungsi tubuh yang terjadi sebagai hasil dari kemampuan penyesuaian diri yang dinamis terhadap pelbagai tenaga atau kekuatan yang umumnya bersumber dari lingkungannya, sehingga timbul adanya penyakit yang menyebabkan sakit atau tidaknya seseorang tergantung ada tidaknya suatu proses yang dinamis dan merupakan hubungan yang saling timbal balik. Sebagaimana dikemukakan oleh Walter R. Lym mengemukakan bahwa kesehatan lingkungan mempunyai hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya. Pernyataan lain diajukan oleh Encyclopaedia of Science Tehnologi 1960 lingkungannya yang berakibat atau mempengaruhi derajat kesehatan dari manusia itu sendiri.
Teori ini menyebutkan bahwa lingkungan adalah sejumlah kondisi di luar dan mempengaruhi kehidupan dan perkembangan organisme. Semua kondisi lingkungan yang ada di sekitar individu atau masyarakat akan memberikan pengaruh pada masyarakat atau individu yang tinggal di daerah tersebut. Sedangkan pendapat lain dari Encyclopaedia Americana 1974 lingkungan memberi pengaruh pada sekeliling organisme. Seluruh kehidupan di bentuk dari reaksi organisme dengan lingkungannya. Hal ini akan menimbulkan suatu keadaan sakit atau terganggunya kesehatan individu yang disebabkan oleh suatu lingkungan yang buruk.
Berdasarkan peristiwa kejadiannya faktor lingkungan dibedakan menjadi dua macam, yaitu lingkungan alamiah dan lingkungan buatan. Lingkungan alamiah artinya segala sesuatu yang telah ada di alam sedangkan lingkungan buatan merupakan hasil karya, karsa, dan cipta dari mahluk hidup termasuk manusia. Pembagian lain dari lingkungan didasarkan dari wujud faktor lingkungan tersebut, yaitu lingkungan materi dan lingkungan non materi.
Lingkungan materi dapat berupa kehidupan seperti manusia, hewan, tumbuhan, dan dapat pula berupa benda mati misalnya batu, kayu, dan lainnya yang umumnya mempunyai sifat tidak tumbuh, tidak berkembang, dan tidak dapat menahan energi tanpa penghancuran. Sedangkan lingkungan non materi berupa adat-istiadat, kebudayaan, dan kepercayaan. (Azwar, 1989).
Dalam kehidupan sehari-hari lingkungan fisik manusia sifatnya tidak statis karena pengaruh dari perkembangan ilmu dan tehnologi modern. Lingkungan yang ada mempunyai hubungan dengan perkembangan fisik, keadaan kesehatan, dan kelangsungan hidup manusia.
2.3.1 Pengaruh lingkungan terhadap kesehatan
Pengaruh lingkungan kesehatan terhadap kesehatan manusia berdasarkan akibat yang timbul secara umum dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu;
1) akibat atau masalah yang ditimbulkan segera terjadi, artinya begitu faktor lingkungan yang tidak menguntungkan tersebut hadir atau tidak hadir dalam kehidupan, maka akan timbul suatu penyakit,
2) akibat atau masalah yang timbul terjadi secara lambat laun artinya terdapat tenggang waktu antara hadir atau tidak hadirnya faktor lingkungan yang tidak menguntungkan dengan munculnya penyakit. Pengaruh yang berlangsung secara terus menerus serta terdapat sifat akumulatif di dalamnya.
2.3.2 Lingkungan perumahan
Masyarakat yang bertempat tinggal di daerah lingkungan biologis yang banyak hewannya akan mempengaruhi bentuk rumah, sehingga rumahnya lebih terlindung. Demikian pula dengan lingkungan sosial, seperti adat-istiadat, dan kepercayaan akan banyak memberi pengaruh pada bentuk rumah yang didirikan. Masyarakat yang memiliki keluarga besar akan mempunyai rumah yang lebih besar dengan maksud agar sebanyak mungkin anggota keluarganya dapat tinggal bersama.
Masyarakat yang percaya pada tahayul bahwa penyakit datang melalui angin, akan mempunyai rumah yang secara relatif tidak cukup ventilasi dan sistem pencahayaan. Perumahan harus di bangun sedemikian rupa sehingga dapat terpenuhi syarat-syarat perumahan yang dianggap pokok untuk terjaminnya kesehatan.
Syarat-syarat tersebut ialah;
1) Terpenuhinya kebutuhan fisik dasar dari penghuninya. Kebutuhan fisik dasar manusia tidak berbeda antara satu masyarakat atau bangsa dengan masyarakat atau bangsa lainnya. Hal yang harus diperhatikan adalah terpeliharanya atau dipertahankan suhu lingkungan, terjaminnya penerangan, terpeliharanya udara segar dengan ventilasi yang sempurna, dan terlindunginya dari kebisingan.
2) Terpenuhinya kebutuhan kejiwaan dasar dari penghuninya. Hal ini tergantung dari pola hidup yang dimiliki penghuninya, maka apa yang disebut kebutuhan kejiwaan dasar ini amat relatif sekali.
3) Melindungi penghuninya dari kemungkinan penularan penyakit atau berhubungan dengan zat-zat yang membahayakan kesehatan. Dari segi ini, maka rumah yang sehat adalah rumah yang di dalamnya tersedia air bersih yang cukup, ada tempat pembuangan sampah dan tinja yang baik, terhindar dari penularan penyakit pernafasan, terlindung dari kemungkinan pengotoran terhadap makanan, tidak menjadi tempat bersarang binatang melata atau penyebab penyakit lainnya.
4) Melindungi penghuninya dari kemungkinan terjadinya bahaya atau kecelakaan. Termasuk di dalamnya bangunan yang kokoh, terhindar dari bahaya kebakaran, alat-alat listrik yang terlindung, tidak menyebabkan keracunan gas bagi penghuninya, dan terlindung dari kecelakaan lalu-lintas. Dari keempat syarat yang dikemukakan ini, dapat dipahami bahwa rumah yang sehat bukanlah berarti rumah yang mahal. Rumah yang dibangun dari bangunan yang sederhana jika ke semua syarat diatas terpenuhi, dapat dikatakan suatu rumah yang sehat. (Azwar, 1989).
Semoga Contoh Proposal Keperawatan ini dapat bermanfaat ...