Siklus Hidup Nyamuk Aedes Aegypti
Berikut ini akan kita bahas mengenai Siklus Hidup Nyamuk Aedes Aegypti. Tempat perindukan nyamuk aedes aegypti berupa genangan-genangan air yang tertampung di suatu tempat yang disebut kontainer dan bukan genangan air tanah.
Tempat bertelur yang disukai oleh nyamuk aedes aegypty adalah bak mandi dengan bahan yang terbuat dari porselin atau plesteran biasa, gentong dari tanah dan drum. (Hendrawan, 1999).
Siklus Hidup Nyamuk Aedes Aegypti
Kebiasaan menggigit nyamuk betina aedes aegypti antara pukul delapan pagi sampai jam satu siang dan jam tiga siang sampai jam lima sore. Tempat menggigit lebih banyak di dalam rumah. Darah yang disenangi adalah darah manusia dan nyamuk betina sangat aktif menggigit sampai puluhan orang bila berada di tempat orang berkumpul, seperti pada lingkungan sekolah, rumah sakit, gedung bioskop, pasar, dan tempat umum lainnya. Oleh sebab itu nyamuk aedes aegypti tergolong nyamuk menular yang sangat efektif dan lokasi yang demikian merupakan pusat penularan virus dengue yang tinggi. (Depkes RI, 1992).
Setelah mengigit selama menunggu pematangan telur nyamuk aedes aegypti hinggap di tempat yang disenangi yaitu tempat yang gelap, lembab dan dingin. Nyamuk aedes agypti mempunyai kebiasaan terbang ke semua arah untuk mencari mangsa mencari, tempat bertelur, tempat beristirahat, dan tempat melakukan perkawinan. Kemampuan terbang nyamuk aedes aegypti antara 40 m sampai 100 meter. (Hendrawan, 1999).
Setelah mengigit selama menunggu pematangan telur nyamuk aedes aegypti hinggap di tempat yang disenangi yaitu tempat yang gelap, lembab dan dingin. Nyamuk aedes agypti mempunyai kebiasaan terbang ke semua arah untuk mencari mangsa mencari, tempat bertelur, tempat beristirahat, dan tempat melakukan perkawinan. Kemampuan terbang nyamuk aedes aegypti antara 40 m sampai 100 meter. (Hendrawan, 1999).
Morfologi Nyamun Aedes Aegypti
Lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya dapat mempengaruhi perkembangan perilaku seseorang atau kelompok. Lingkungan adalah input ke dalam diri seseorang sebagai sistem adaptif yang melibatkan baik faktor internal maupun external.
Menurut Suroso 1992 lingkungan ada dua macam yaitu lingkungan fisik dan lingkungan biologi.
1) Lingkungan fisik
Lingkungan fisik ada bermacam-macam misalnya tata rumah, jenis kontainer, ketinggian tempat, dan iklim. Jarak rumah mempengaruhi penyebaran nyamuk dari satu rumah ke rumah lain, semakin dekat jarak antar rumah semakin mudah nyamuk menyebar ke rumah sebelah, bahan-bahan pembuat rumah, kontruksi rumah, warna dinding dan pengaturan barang-barang dalam rumah menyebabkan rumah tersebut disenangi oleh nyamuk. Berbagai penelitian penyakit menular membuktikan bahwa kondisi perumahan yang berdesak–desakan dan kumuh mempunyai kemungkinan yang lebih besar.
Termasuk kontainer disini adalah jenis atau bahan kontainer, letak kontainer, bentuk, warna, dan kedalaman air. Asal air mempengaruhi nyamuk dalam pemilihan tempat bertelur. Ketinggian tempat tinggal berpengaruh terhadap syarat-syarat ekologis yang diperlukan oleh vektor penyakit. Di Indonesia nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus dapat hidup pada daerah dengan ketinggian 1500 meter diatas permukaan laut. Iklim merupakan salah satu komponen pokok lingkungan fisik, yang terdiri dari suhu udara, kelembaban udara, curah hujan, dan kecepatan angin.
2) Lingkungan biologi
Lingkungan biologi yang mempengaruhi penularan demam berdarah antara lain adalah predator, tanaman hias, dan tanaman pekarangan. Tanaman hias dan tanaman pekarangan mempengaruhi kelembaban dan pencahayaan di dalam ruangan sehingga menjadi tempat nyamuk hinggap dan beristirahat.
Menurut Suroso 1992 lingkungan ada dua macam yaitu lingkungan fisik dan lingkungan biologi.
1) Lingkungan fisik
Lingkungan fisik ada bermacam-macam misalnya tata rumah, jenis kontainer, ketinggian tempat, dan iklim. Jarak rumah mempengaruhi penyebaran nyamuk dari satu rumah ke rumah lain, semakin dekat jarak antar rumah semakin mudah nyamuk menyebar ke rumah sebelah, bahan-bahan pembuat rumah, kontruksi rumah, warna dinding dan pengaturan barang-barang dalam rumah menyebabkan rumah tersebut disenangi oleh nyamuk. Berbagai penelitian penyakit menular membuktikan bahwa kondisi perumahan yang berdesak–desakan dan kumuh mempunyai kemungkinan yang lebih besar.
Termasuk kontainer disini adalah jenis atau bahan kontainer, letak kontainer, bentuk, warna, dan kedalaman air. Asal air mempengaruhi nyamuk dalam pemilihan tempat bertelur. Ketinggian tempat tinggal berpengaruh terhadap syarat-syarat ekologis yang diperlukan oleh vektor penyakit. Di Indonesia nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus dapat hidup pada daerah dengan ketinggian 1500 meter diatas permukaan laut. Iklim merupakan salah satu komponen pokok lingkungan fisik, yang terdiri dari suhu udara, kelembaban udara, curah hujan, dan kecepatan angin.
2) Lingkungan biologi
Lingkungan biologi yang mempengaruhi penularan demam berdarah antara lain adalah predator, tanaman hias, dan tanaman pekarangan. Tanaman hias dan tanaman pekarangan mempengaruhi kelembaban dan pencahayaan di dalam ruangan sehingga menjadi tempat nyamuk hinggap dan beristirahat.