Upaya Pencegahan Demam Berdarah
Upaya pencegahan Demam Berdarah. Untuk memutuskan rantai penularan, pemberantasan vektor dianggap sebagai cara yang paling memadai saat ini. Vektor dengue khususnya aedes aegypti sebenarnya mudah di berantas karena sarang-sarangnya terbatas di tempat yang berisi air jernih dan jarak terbangnya maksimal 100 meter.
Tetapi karena vektor tersebar luas, untuk keberhasilan diperlukan total coverage (meliputi seluruh wilayah) agar nyamuk tidak berkembang biak lagi. (Hendrawan, 1999). Upaya Pencegahan Demam Berdarah
Pemberantasan atau pengendalian demam berdarah secara garis besar dapat dilakukan dengan empat cara yaitu: (Thamrin, 1994).
1) Pengendalian kimiawi
2) Pengendalian lingkungan
3) Pengendalian cara hayati
4) Pemberantasan vektor cara genetik.
Cara kimiawi yang lazim dipakai dalam program pemberantasan demam berdarah dengue adalah malathion. Cara penggunaan malathion ini dengan pengasapan (thermal fogging) atau pengabutan (cold fogging). Untuk pemakaian rumah tangga dapat digunakan berbagai jenis insektida yang disemprotkan di dalam ruangan atau kamar. (Hendrawan, 1999).Cara penyemprotan pada dinding–dinding tidak dapat dilakukan oleh karena nyamuk aedes aegypti tidak mempunyai kebiasaan hinggap pada dinding rumah, melainkan pada benda-benda. (Thamrin, 1994).
Pengasapan dengan malathion sangat efektif untuk pemberantasan vektor, namun kegiatan ini tanpa didukung dengan abatisasi, dalam beberapa hari akan meningkatkan kepadatan nyamuk dewasa karena jentik tidak mati dengan pengasapan.
Untuk pemakaian dosis yang digunakan adalah 1ppm (part per million) yaitu setiap 1 gram abate 1% dalam setiap 10 liter air. Abate setelah ditaburkan ke dalam air, maka butiran pasir akan jatuh sampai ke dasar dan racun aktifnya akan keluar serta menempel pada pori-pori dinding tempat air, dengan sebagian masih tetap berada dalam air.
Tujuan abatisasi adalah untuk menekan kepadatan vektor serendah-rendahnya secara serentak dalam jangka waktu yang lebih lama, agar transmisi virus selama waktu tersebut dapat diturunkan. Sedangkan fungsi abatisasi bisa sebagai pendukung kegiatan fogging yang dilakukan secara bersama-sama untuk mencegah meningkatnya penderita demam berdarah dengue.
Cara pemberantasan vektor stadium jentik tanpa menggunakan insektida lebih dikenal dengan pemberantasan sarang nyamuk. Kegiatan ini meliputi kegiatan menguras bak mandi, tempayan, dan tempat penampungan air minimal satu kali seminggu karena berkembangnya telur menjadi nyamuk lamanya tujuh sampai sepuluh hari, menutup rapat tempat penampungan air dan benda-benda lain yang memungkinkan nyamuk berkembang. (Hendrawan, 1994).
Gerakan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue merupakan kegiatan masyarakat bersama pemerintah yang dilakukan secara berkesinambungan untuk mencegah dan menanggulangi penyakit demam berdarah dengan gerakan pemberantasan sarang nyamuk ini merupakan bagian dari keseluruhan upaya mewujudkan kebersihan lingkungan dan perilaku hidup sehat.
Tujuan gerakan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue adalah membina peran serta masyarakat dalam pemberantasan penyakit demam berdarah dengue, terutama dalam memberantas jentik nyamuk.
Sasaran gerakan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue adalah semua keluarga dan pengelola tempat umum. Untuk melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungannya masing-masing sehingga bebas dari jentik-jentik nyamuk aedes aegypti. Melalui gerakan ini diharapkan keluarga dapat berkonsultasi kepada petugas kesehatan jika ada anggota keluarga sakit dan diduga menderita penyakit demam berdarah dengue, karena menderita penyakit ini perlu segera mendapat pertolongan dan keluarga melaporkan kepada kepala desa atau kelurahan jika ada anggota keluarga yang menderita penyakit demam berdarah dengue serta membantu kelancaran penanggulangan penyakit demam berdarah dengue yang dilakukan oleh petugas kesehatan. (Depkes, RI 1997).
Isolasi pasien agar tidak digigit vektor untuk ditularkan kepada orang lain sulit dilaksanakan lebih awal dari perawatan di rumah sakit. Mencegah gigitan nyamuk dengan cara memakai obat gosok dan pemakaian kelambu, tetapi cara ini di rasa kurang praktis. Imunisasi maupun pemberian anti virus dalam usaha memutuskan mata rantai penularan saat ini baru dalam taraf penelitian. (Hendrawan, 1999).
Penelitian untuk menemukan pengobatan baru dalam hal ini upaya preventif telah dilakukan oleh TDRC (Tropical Diseases Research Center) di Universitas Airlangga Surabaya. Tim yang dipimpin oleh Prof. dr. Soegeng Soegijanto, SpA(K), DTM&H telah menemukan adanya vaksin demam berdarah. Jenis vaksin ini dapat melawan semua tipe dari virus yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti.(Soegijanto, 2003).
1) Pengendalian kimiawi
2) Pengendalian lingkungan
3) Pengendalian cara hayati
4) Pemberantasan vektor cara genetik.
Cara kimiawi yang lazim dipakai dalam program pemberantasan demam berdarah dengue adalah malathion. Cara penggunaan malathion ini dengan pengasapan (thermal fogging) atau pengabutan (cold fogging). Untuk pemakaian rumah tangga dapat digunakan berbagai jenis insektida yang disemprotkan di dalam ruangan atau kamar. (Hendrawan, 1999).Cara penyemprotan pada dinding–dinding tidak dapat dilakukan oleh karena nyamuk aedes aegypti tidak mempunyai kebiasaan hinggap pada dinding rumah, melainkan pada benda-benda. (Thamrin, 1994).
Pengasapan dengan malathion sangat efektif untuk pemberantasan vektor, namun kegiatan ini tanpa didukung dengan abatisasi, dalam beberapa hari akan meningkatkan kepadatan nyamuk dewasa karena jentik tidak mati dengan pengasapan.
Untuk pemakaian dosis yang digunakan adalah 1ppm (part per million) yaitu setiap 1 gram abate 1% dalam setiap 10 liter air. Abate setelah ditaburkan ke dalam air, maka butiran pasir akan jatuh sampai ke dasar dan racun aktifnya akan keluar serta menempel pada pori-pori dinding tempat air, dengan sebagian masih tetap berada dalam air.
Tujuan abatisasi adalah untuk menekan kepadatan vektor serendah-rendahnya secara serentak dalam jangka waktu yang lebih lama, agar transmisi virus selama waktu tersebut dapat diturunkan. Sedangkan fungsi abatisasi bisa sebagai pendukung kegiatan fogging yang dilakukan secara bersama-sama untuk mencegah meningkatnya penderita demam berdarah dengue.
Cara pemberantasan vektor stadium jentik tanpa menggunakan insektida lebih dikenal dengan pemberantasan sarang nyamuk. Kegiatan ini meliputi kegiatan menguras bak mandi, tempayan, dan tempat penampungan air minimal satu kali seminggu karena berkembangnya telur menjadi nyamuk lamanya tujuh sampai sepuluh hari, menutup rapat tempat penampungan air dan benda-benda lain yang memungkinkan nyamuk berkembang. (Hendrawan, 1994).
Gerakan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue merupakan kegiatan masyarakat bersama pemerintah yang dilakukan secara berkesinambungan untuk mencegah dan menanggulangi penyakit demam berdarah dengan gerakan pemberantasan sarang nyamuk ini merupakan bagian dari keseluruhan upaya mewujudkan kebersihan lingkungan dan perilaku hidup sehat.
Tujuan gerakan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue adalah membina peran serta masyarakat dalam pemberantasan penyakit demam berdarah dengue, terutama dalam memberantas jentik nyamuk.
Sasaran gerakan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue adalah semua keluarga dan pengelola tempat umum. Untuk melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungannya masing-masing sehingga bebas dari jentik-jentik nyamuk aedes aegypti. Melalui gerakan ini diharapkan keluarga dapat berkonsultasi kepada petugas kesehatan jika ada anggota keluarga sakit dan diduga menderita penyakit demam berdarah dengue, karena menderita penyakit ini perlu segera mendapat pertolongan dan keluarga melaporkan kepada kepala desa atau kelurahan jika ada anggota keluarga yang menderita penyakit demam berdarah dengue serta membantu kelancaran penanggulangan penyakit demam berdarah dengue yang dilakukan oleh petugas kesehatan. (Depkes, RI 1997).
Isolasi pasien agar tidak digigit vektor untuk ditularkan kepada orang lain sulit dilaksanakan lebih awal dari perawatan di rumah sakit. Mencegah gigitan nyamuk dengan cara memakai obat gosok dan pemakaian kelambu, tetapi cara ini di rasa kurang praktis. Imunisasi maupun pemberian anti virus dalam usaha memutuskan mata rantai penularan saat ini baru dalam taraf penelitian. (Hendrawan, 1999).
Penelitian untuk menemukan pengobatan baru dalam hal ini upaya preventif telah dilakukan oleh TDRC (Tropical Diseases Research Center) di Universitas Airlangga Surabaya. Tim yang dipimpin oleh Prof. dr. Soegeng Soegijanto, SpA(K), DTM&H telah menemukan adanya vaksin demam berdarah. Jenis vaksin ini dapat melawan semua tipe dari virus yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti.(Soegijanto, 2003).
Baca juga tentang makalah demam berdarah, Pengertian Kesehatan Masyrarakat dan Proposal Skripsi Keperawatan